Kamis, 22 Mei 2008

SUMUT GUDANG TOKOH PEJUANG INDONESIA

Sumut Gudang Tokoh Dan Pejuang Indonesia
Selasa, 06 November 2007 23:09 WIB
Pakar sejarah Universitas Negeri Medan (Unimed), Dr. Phil Ichwan Azhari

mengatakan Sumatera Utara adalah gudangnya tokoh dan pejuang di

Indonesia. Namun hanya tujuh di antaranya yang diangkat menjadi

pahlawan nasional

Medan, WASPADA Online




Pakar sejarah Universitas Negeri Medan (Unimed), Dr. Phil Ichwan Azhari mengatakan Sumatera Utara adalah
gudangnya tokoh dan pejuang di Indonesia. Namun hanya tujuh di antaranya yang diangkat menjadi pahlawan nasional




"Tidak ada daerah lain di Indonesia yang se kaya Sumut," kata Ketua Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-ilmu Sosial Unimed
pada pameran memperingati hari pahlawan dengan tema "Mengenal Para Tokoh, Pejuang dan Pahlawan Sumatera
Utara", di Biro Rektor Unimed, Selasa (6/10).




Ichwan mengatakan, tidak hanya memiliki banyak pejuang yang angkat senjata melawan penjajahan


kolonialisme di Indonesia, tetapi Sumut juga mempunyai banyak penyair dan pemikir pada masa itu. Seperti Armyn
Pane, Amir Hamzah dan lainnya.




Dijelaskannya, hasil penelitian Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-ilmu Sosial Unimed, setidaknya ada 500 tokoh dan pejuang
di Sumut. Dan yang berhasil diidentifikasi (dikumpulkan data secara lengkap) baru 200 orang.




Namun dari jumlah itu, hanya tujuh yang diakui sebagai pahlawan nasional Indonesia. Seperti Raja Sisingamangaraja
XII, Adam Malik, Amir Hamzah, FL Tobing, Kiras Bangun, Mohd Hasan dan Jenderal besar AH Nasution.




Menurutnya, banyaknya tokoh dan pejuang yang muncul, karena dulu Sumut adalah daerah yang paling dinamis di
Indonesia. Berbeda dengan daerah lain, kapitalisme melalui pengusaha perkebunan lebih dulu masuk ke Sumut, baru
kemudian kolonialisme. "Sehingga peradaban Eropa lebih dulu ada di sini," katanya.




Contohnya, kata Ichwan, Lapangan Merdeka yang meniru konsep bangunan di Eropa. Di mana sebuah lapangan besar,
dikelilingi balai kota, kantor pos, stasiun kereta api, hotel penting, dan didekatnya ada kawasan pertokoan seperti
kesawan.




"Lapangan Merdeka adalah bukti peradaban Eropa di Indonesia. Konsep lapangan yang sama bisa ditemukan di
berbagai kota di Eropa. Dan peradaban itu tidak ada di daerah lain, hanya ada di Medan. Tetapi sayangnya sekarang
sudah banyak yang diubah," katanya.




Lebih jauh dijelaskannya, para tokoh dan pejuang mulai tidak lagi muncul di Sumut sejak bentuk pemerintahan di
Indonesia berubah menjadi sentralistis. Sehingga semua pergerakan dipusatkan di Jakarta sebagai ibukota negara.
"Kalau dahulu, perjuangan melawan Belanda dilakukan di setiap daerah, tidak sentralistis," tambahnya.




Butuh Biaya Besar

Ichwan juga mengkritik sulitnya seorang tokoh dan pejuang diangkat menjadi pahlawan nasional di Indonesia. Bahkan,
katanya, agar bisa diangkat menjadi pahlawan nasional membutuhkan biaya sedikitnya Rp200 juta.




"Paling tidak keluarganya harus mengadakan seminar beberapa kali, kemudian nama tokoh atau pejuang itu harus
dijadikan nama jalan atau gedung terlebih dahulu, baru bisa diusulkan dinas sosial (Dinsos) provinsi ke pusat. Untuk itu
saja sudah berapa banyak biaya yang diperlukan. Seharusnya penilaian menjadi pahlawan nasional diserahkan kepada
para akademisi dan sejarawan," katanya.




Dibuka Rektor


Pameran dan Seminar "Mengenal para tokoh, pejuang dan pahlawan Sumatera Utara" tersebut dibuka Rektor Unimed,
Drs. Syawal Gultom M.Pd dan dihadiri Purek II Unimed Drs Chairul Azmi, MPd dan Purek III Drs Biner Ambarita, MPd.
Pada pameran tersebut ditampilkan biodata dan gambar para pahlawan, tokoh pers, dan para mantan Walikota Medan
dan Gubsu, juga buku-buku sejarah dan buku pahlawan pers. (h11) (ags)

Tidak ada komentar: